darisistem kebudayaan, juga upacara adat yang merupakan pelaksanaan serta dilakukan di waktu tertentu yaitu di bulan suro di desa Baosan Kidul Kabupaten Ponorogo. Yang bertujuan untuk mendekatkan generasi Hal-hal yang luar biasa dan mengesankan, suatu wilayah yang teratur dan sempurna, seperti rumah atau peninggalan leluhur, pahlawan Indonesiapunya banyak sastrawan yang kemampuannya luar biasa, salah satunya adalah W. S Rendra. Pria kelahiran Solo, 7 November tahun 1935 ini mendapat julukan Si Burung Merak atas karya-karya nya. Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan Penggantimaupun pelengkapnya, kita bisa menyiapkan hantaran spesial yang biasa disebut hampers. Hampers atau hantaran Lebaran juga bisa dibagikan untuk kenalan dan kerabat sebagai penguat tali silaturahmi. Hampers Lebaran pun bisa dibuat sendiri. Membuat kue-kue kering, mengemasnya dalam wadah cantik, lalu menatanya menjadi hampers sudah ViewAdat Istiadat Jawa Beserta LAW DEPART 101 at Terbuka University. Adat Istiadat Jawa Beserta Penjelasanya Adat Istiadat Jawa – Mungkin ada salah satu dari kalian yang belum Janjiandi satu meeting point adalah hal yang biasa dilakukan jika kita mengikuti trip dengan peserta dari berbagai belahan kota, jangan biarkan teman yang lain terlalu lama menunggu kita, karena mengakibatkan berubahnya seluruh itinerary yang sudah disusun. yang menghubungkan kota Garut dengan. kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di Peribahasamenggunakan kata adat. adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. =pekerjaan (perbuatan) hendaklah selalu mengingat aturan adat dan agama (jangan bertentangan satu dengan yang lain) adat dagang tahan tawar. =sudah biasa bahwa barang dagangan boleh ditawar. adat diisi janji dilabuh. =adat harus dijalankan, persetujuan harus NfZYr. Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kampung Dukuh menjadikan mereka lebih arif dalam mengelola dan menjaga sumberdaya alam yang ada. Berbeda dengan masyarakat modern yang hidup dalam kemewahan dan tidak mementingkan kelestarian sumberdaya alam yang ada. Sebagai salah satu kampung adat di daerah Garut Selatan, keberadaan Kampung Dukuh ini penting untuk dijaga dan dilestarikan agar tetap berada dalam adat istiadat yang diwariskan oleh lelurhurnya selama ini. Budaya dan kearifan lokal yang dimiliki Kampung Dukuh, bisa dijadikan pelajaran oleh kita semua untuk tetap menjaga alam ini dan menjunjung tinggi budaya yang dimiliki oleh setiap daerah. Kampung Dukuh juga dapat dijadikan daya tarik pariwisata dan sebagai upaya pengembangan objek wisata budaya di daerah Garut Selatan melalui adat istiadat yang dilandasi oleh budaya religi yang kuat serta kebudayaan Sunda Priangan yang mencerminkan jati diri dari masyarakat Jawa Barat. Nah, sekarang aku akan membahas tentang Kebudayaan di Garut nih, kita akan berkenalaan dengan rumah adat,pakaian adat, kesenian dan tradisi ,bahasanya ya. 1. Rumah Adat Teman-teman, Garut ini merupakan suatu daerah yang kita kenal bersuku sunda atau kelompok etnis dari bagian barat pulau Jawa. Penting sekali bagi kita nih untuk mengetahui atau mengenal suku budaya yang beraneka ragam di Indonesia sebagai bentuk cinta tanah air. Oh iya menurut survey, suku sunda merupakan etnis terbesar kedua di Indonesia. Dalam posting kali ini aku akan membahas tentang rumah adat Garut Jawa Barat atau dapat di bilang rumah adat Suku Sunda. Kalian tau gak? Secara tradisional rumah adat Garut jawa barat atau Sunda memiliki bentuk rumah panggung dengan ketinggian sekitar 0,5 m sampai 1 meter di atas permukaan tanah. Namun teman-teman, untuk rumah-rumah adat di Garut jawa barat yang sudah tua, tinggi kolongnya dapat mencapai 1,8 meter. Biasanya kolong tersebut digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti bajak, garu, cangkul, dan sebagainya atau tempat mengikat binatang ternak seperti sapi, kuda dan kambing. Tangga yang digunakan untuk naik ke dalam rumah disebut Golodog yang dibuat dari bahan kayu atau bambu, biasanya terdiri dari tiga anak tangga. Golodog ini juga berfungsi untuk membersihkan kaki yang kotor sebelum naik atau masuk ke dalam rumah. Sebagai salah satu contoh ini dia nih gambar Rumah Adat yang berciri khas Suku Sunda yang ada di Candi Cangkuang Kabupaten Garut 2. Pakaian Adat Oh iya teman-teman, Garut juga memiliki pakaian adat yang menjadi Kebudayaan yang khas loh,yaitu Kebaya. Kebaya merupakan pakaian khas di Garut khususnya di Jawa Barat yang sangat terkenal. Bahkan masyarakat di Garut menggunakan kebaya sebagai pakaian untuk upacara-upacara besar tertentu loh, seperti pada upacara pernikahan, munduh mantu, siraman, bahkan para Guru di Garut menggunakan pakaian kebaya ini sebagai pakaian rutin yang mereka pakai setiap hari Rabu. Nih bagi kalian yang pengen tau , kayak gimana sih Kebaya itu . Eh teman-teman selain Kebaya, Garut juga memiliki salah satu pakaian adat yang sangat mencolok akan kekhasannya, keunikannya juga loh, yaitu Batik Garutan. Kalian pada tau gak apa itu Batik Garutan? cieeee yang pada gak tau D . Teman-teman, Batik Garutan ini adalah kain indah dengan ragam corak dan juga memiliki kekhasan tersendiri loh.... Batik Garutan ini sudah berkembang dimasyarakat jauh sebelum kemerdekaan kita. Karena Batik Garutan ini merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita. Batik Garutan ini memiliki ciri khas yaitu pada motifnya yang umumnya menghadirkan ragam hias datar dan berbentuk geometrik. Selain itu , warna juga menjadi ciri khas pada Batik Garutan ini. seperti warna yang cerah yang didominasi oleh warna dasar krem atau gading dan biru atau soga agak kemerahan. Ini dia nih salah satu contoh motif pada kain Batik Garutan 3. Bahasa Teman-teman blogger, macam kebudayaan selanjutnya yang ada di Garut adalah Bahasa. Bahasa yang digunakan dan dibudayakan hingga saat ini oleh masyarakat di Garut adalah mayoritas menggunakan bahasa Sunda. Kalian tau nggak Bahasa Sunda? Eh teman-teman kalian semua harus pada tau yaaaaa, Bahasa Sunda merupakan bahasa yang sangat unik loh. Karena bahasa sunda adalah bahasa yang sangat banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, yaitu sekitar 27 Jiwa masyarakat di Indonesia menggunakan bahasa sunda sebagai bahasanya sehari-hari. Teman-teman, kalian pada bisa nggak berbahasa sunda? Orang Garut mah udah yakin dahhh gak usah pada ditanya lagi, pasti bisaaaaa. Nah, buat temen-temen yang mau bisa mahir berbahasa sunda,kalian bisa pada belajar tuh sama orang-orang di Garut . Tenang aja teman-teman, Masyarakat Garut mah pada balalageur alias baik-baik,pada ramah-ramah. Jadi kalian gak usah pada sieun takut yah kalo mau belajar bahasa sunda sama orang Garut mah hehehehe.................. 4. Kesenian Tradisional Oke nih teman-teman ,yang selanjutnya kita akan mengenal macam-macam Kesenian Tradisional yang ada di daerah Garut nih. Sebelumnya aku mau kasih tau dulu ya, teman-teman di daerah Garut itu banyaaaaaaaaaaaaaaaak bangeeeet Kesenian Tradisional nya loh. kalian tau apa aja? aku sebutin nihhh yaaaaaaaaaaa . Ada Dodombaan, Surak Ibra, Lais, Bangkulung, Badeng, Debus, Gesrek, Hadro, Cigawiran , Rudat, dan maaaaaaaaaaaaaasih banyak lagi ' maaf nih gak aku sebutin semuanya , telalu banyak soalnya '. Oke Teman-teman, tapi tenang tenang ! kalian jangan pada sedih gitu dong P Sekarang aku mau bahas nih sebagian Kesenian Tradisional yang ada di Garut ini. Yukkkkkkkkkkkzzzzzzz Simak yaaaaaaakkkkk !!!!!!!!!!!!! 1 . Dodombaan Kalian tau gak apa itu Dodombaan? Teman-teman, dodombaan ini adalah salah satu kesenian yang berasal dari Garut asli loh. Dodombaan ini awal mulanya terinspirasi oleh hewan 'domba' yang merupakan kebanggan dan menjadi ciri khas masyarakat Garut. Nah, Dodombaan ini berasal dari salah satu daerah yang terdapat di Garut yaitu Desa Panembong Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut. Kalian tau nggak kesenian yang berasal dari Subang? ituloh " Sisingaan" ! Nah teman-teman, dodombaan juga hampir sama dengan kesenian sisingaan itu. Dodombaan ini bukan berarti memakai domba asli loh BUKAN ya teman-teman, tapi domba disini hanyalah sebagai ikon kota Garut ajaa. Pada kesenian Dodombaan ini, yang digunakan itu hanyalah Domba tiruan yang terbuat dari kayu yang di tunggangi oleh orang diatasnya ,dan disebut Dodombaan yang berarti " sanes domba enyaan" tau artinya gak? hihihihi......... yaitu "Bukan Domba Beneran" . Dalam kesenian Dodombaan ini, pementasannya yaitu dengan cara menari atau yang disebut dengan "Ngibing" oleh satu atau dua orang sambil melakukan pencak silat. Karena pencak silat itu merupakan kesenian yang berasal dari Sunda jadi sebagai pengawal Dodombaan disini . Ini dia ni teman-teman Dodombaan teh yang kayak giniiiiiiiiiii ...... 2. Pencak Silat Kali ini aku mau ngenalin salah satu bagian dari kebudayaan di Garut nih. Kayaknya kalian pasti tau nih kesenian yang satu ini. Iya namanya Pencak Silat. Percaya atau tidak teman-teman, Pencak Silat ini merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Jawa Barat loh. Tepatnya Pencak Silat ini berasal dari daerah Cimanuk Kabupaten Garut loh teman-teman. Nah, Pencak Silat ini merupakan ciri khas kebudayaan etnis sunda . Kalo dilihat dari unsur seni , pencak silat ini merupakan seni budaya yang sangat menarik untuk ditontomn Silat Ibing , pencak silat ini biasanya diiringi oleh musik daari gendang, terompet, dan alat musik lainnya. Teman-teman, Pencak silat ini merupakan salah satu kebudayaan yang berasal dari Garut yang harus kita kembangkan dan lestarikan yaaa s,supaya kesenian yang unik ini gak punah........ biar nanti anak cucu kita bisa menikmati sekaligus memainkan kesenian sunda ini. 0% found this document useful 0 votes721 views13 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPPT, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes721 views13 pagesKampung Adat Dan Rumah Adat Di GarutJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Upacara adat di Jawa Barat memang terbilang cukup banyak dan memiliki tujuan yang yang berbeda-beda. Sampai saat ini, masyarkat Jawa Barat pun banyak yang masih melakukan tradisi atau upacara adat yang beragam, mulai dari upacara untuk ritual pernikahan, syukuran hingga menolak bala. Bahkan, ada juga upacara yang digelar karena rutinitas dikenal sebagai warisan leluhur, tradisi di Jawa Barat ini juga bisa dijadikan sebagai sarana edukasi sekaligus destinasi wisata. Ajang edukasi bisa berlaku kepada lembaga pendidikan dan masyarakat. Sementara untuk destinasi wisata bisa berlaku kepada wisatawan dari luar negeri maupun wisatawan lokal. Hal ini juga dilakukan untuk melestarikan budaya agar tidak punah digerus jaman karena sudah banyak beberapa tradisi yang mulai ditinggalkan sehingga hampir jika kamu berencana berlibur ke kawasan Jawa Barat, berikut ini adalah upacara adat di Jawa Barat yang wajib untuk kamu Adat di Jawa Barat1. Pesta Laut2. Ngunjung3. Ruwatan Bumi4. Bubur Asyura5. Gusaran6. Ekahan7. Cukuran8. Ngalungsur Pusaka9. Ngalaksa10. Nenjrag Bumi11. Tembuni12. Turun Teneuh13. Sepitan14. Nurunkeun15. Nyalawean16. Ngarot17. Seren Taun18. Rebo Wekasan19. Tradisi Pernikahan20. TingkebanUpacara Adat di Jawa Barat1. Pesta adat di Jawa Barat yang pertama adalah Pesta Laut. Pesta Laut ini merupakan upacara pesta bahari yang menjadi ikon warga Provinsi Jawa Barat dan biasanya dilakukan di kawasan Ciamis, Pangandaran, Sukabumi, Pelabuhan Ratu dan kawasan pesisir Jawa Barat Laut ini dimulai dengan perahu-perahu nelayan yang mengangkut sesajen berhiaskan aksesoris warna-warni untuk memanjakan penontonnya. Tak hanya itu, mereka juga membawa kepala kerbau berbungkus kain putih sebagai persembahan kemudian melemparkannya ke dalam laut sebagai simbol hadiah kepada penguasa lautan. Upacara yang dilakukan setahun sekali ini bertujuan untuk ungkapan rasa syukur dan memohon keselamatan saat Oleh Keindahan Kawah Putih Ciwidey Yang MagisSindang Reret Surapati Tawarkan Ragam Menu Khas Sunda Dengan Tempat Yang Nyaman2. atau yang juga disebut dengan Munjung merupakan salah satu upacara adat di Jawa Barat yang masih banyak dilakukan sampai saat ini. Ngunjung berasal dari kata Kunjung, yaitu mengunjungi dan berdoa di makam leluhur atau orang tua sebagai perwujudan rasa syukur dari masyarakat dilakukan oleh masyarakat Cirebon, Indramayu dan sekitarnya. Lokasi dari upacara ini biasanya di makam leluhur serta tokoh agama yang mereka segani dan percayai punya nilai keramat. Tujuan dari upacara Ngunjung ini adalah untuk melestarikan budaya serta memohon Ruwatan Bumi atau yang juga dikenal dengan Ngaruwat merupakan sebuah upacara adat di Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan adat yang diselenggarakan di Kabupaten Subang ini dipercaya memiliki beberapa manfaat, seperti menjaga keamanan, kenyamanan serta mensejahterakan kehidupan pertanian. Pelaksanaan upacara ini biasanya terdapat pertunjukan kesenian gemnyung di malam hari dan di pagi harinya masyarakat akan mengarak Dewi Sri ke makam leluhur dengan iringan kuda kosong, sesepuh yang membawa perupuyan, panteret buah kelapa sambil menyanyi beluk. Upacara adat ini dipercaya menjadi ungkapan rasa syukur, silaturahmi, tolak bala dan penghormatan kepada Bubur adat di Jawa Barat berikutnya adalah Bubur Asyura. Tradisi ini tidak ada hubungannya dengan Hari Asyura atau peringatan wafatnya Imam Husein, cucu dari Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa ini merupakan kebiasaan yang diadakan oleh masyarakat Cirebon setiap tanggal 10 Muharam dan dikaitkan dengan peristiwa Nabi Nuh. Namun, pada prakteknya, tradisi ini juga dikaitkan dengan Dewi Kesuburan, yaitu Nyi Pohaci Sanghyang Sri. Menurut kepercayaan mereka, Bubur Asyura ini mampu mendatangkan kesejahteraan dan merupakan salah satu upacara adat di Jawa Barat yang cukup menarik dan unik. Upacara ini merupakan proses upacara tradisional yang ditujukan kepada anak perempuan dengan cara meratakan gigi mereka dengan alat meratakan gigi, pada upacara ini anak perempuan tersebut akan ditindik atau dilubangi telinganya lalu dikenakan anting-anting. Tradisi ini memiliki tujuan untuk mempercantik diri sang anak perempuan dimana dirinya nanti diharapkan akan tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang cantik luar adat di Jawa Barat berikutnya dikenal dengan nama Ekahan atau yang dalam Bahasa Jawa dikenal sebagai Akekah. Ekahan ini merupakan tradisi khas Sunda dimana usai kelahiran bayi pada usia 7 hari, 14 hari atau 21 hari, maka orang tua dari bayi tersebut harus menyembelih kambing untuk menebus jiwa sang bayi dari Tuhan Yang Maha bayinya perempuan, maka kambing yang disembelih harus 1 ekor dan jika anaknya laki-laki maka kambing yang disembelih harus 2 ekor. Ekahan ini bertujuan untuk mensucikan jiwa bayi secara lahir dan batin sekaligus sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas karunia keturunan kepada merupakan sebuah upacara adat di Jawa Barat yang merupakan proses pencukuran rambut anak bayi di usia 40 hari. Upacara adat ini biasanya diawali dengan puji-pujian dimana sang bayi nantinya akan dipotong rambutnya sedikit demi sedikit oleh beberapa orang di yang memotong rambut mulai dari pihak keluarga hingga kerabat terdekat termasuk tetangga. Tujuan dari tradisi Cukuran ini adalah untuk membersihkan najis pada sang bayi agar sang bayi bisa bersih lahir batin serta mampu menjadi anak yang sehat, bahagia dalam masa tumbuh Ngalungsur adat di Jawa Barat yang satu ini biasanya dilakukan di daerah Garut, yaitu Ngalungsur Pusaka. Upacara adat ini dipimpin oleh seorang juru kunci atau kuncen yang menjadi bukti bahwa mereka masih melestarikan dan melaksanakan tradisi leluhurnya serta mensosialisasikan keberadaan benda-beda pusaka peninggalan Sunan Rohmat tradisi ini, peserta upacara dapat menyaksikan proses pencucian benda-benda pusat tersebut. Benda-benda pusaka tersebut menjadi simbol perjuangan Sunan merupakan salah satu upacara adat di Jawa Barat yang ada hubungannya dengan pertanian. Upacara Ngalaksa ini biasa ditemukan di daerah Ranca Kalong, Sumedang dan kebiasaan ini dilakukan dengan membawa padi ke lumbung dengan memakai rengkong, yaitu bambu panjang berlubang untuk membawa ini biasanya dilaksanakan pada bulan Juni dan keunikan dari upacara ini adalah bunyi musik yang memiliki ritme sama dengan orang yang sedang berjalan, yaitu pada rengkong yang digoyang-goyang. Tujuan dari Upacara Ngalaksa ini sebagai wujud ras syukur kepada Tugan atas keberhasilan panen di daerah Nenjrag adat di Jawa Barat yang tak kalah menarik untuk dihadiri selanjutnya adalah Nenjrag Bumi. Nenjrag Bumimerupakan upacara tradisional khas Sunda yang biasa dilakukan oleh warga Bandung dimana ditujukan kepada anak bayi agar kedepannya tidak mudah takut atau gampang Bumi ini dilakukan dengan cara meletakkan bayi di atas lantai yang terbuat dari bambu yang dibelah, kemudian bambu tersebut diinjak dan dihentak-hentakkan sebanyak tujuh kali. Tradisi ini menjadi sebuah terapi untuk bayi agar tidak mudah kaget dan menjadi sosok yang merupakan salah satu upacara adat di Jawa Barat yang masih dilakukan sampai saat ini. Tradisi ini merupakan acara adat Sunda untuk memelihara placenta bayi atau ari-ari dimana placenta bayi harus dirawat sebaik-baiknya. Ari-ari tersebut dimasukkan dalam kain putih dengan diberi garam, gula merah dan asam kemudian dikubur dalam tanah di pekarangan rumah ibu hamil. Tujuan dari Tembuni ini agar anak tersebut kedepannya bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang bahagia tanpa adanya kemalangan apapun dalam hidupnya Turun adat di Jawa Barat yang satu ini juga masih sering dilakukan, yaitu Turun Teneuh atau yang sering kita kenal dengan Turun Tanah. Tradisi ini dilakukan kepada bayi yang mana bayi tersebut akan menginjakkan tanah untuk pertama menginjak tanah, setelah itu digelar prosesi dimana bayi wajib memilih aneka pemberian orang tuanya, seperti emas, uang, padi dan lainnya. Menurut kepercayaan, apa yang diambil oleh bayi tersebut itulah nanti jalan hidup yang akan ditempuh oleh sang bayi. Misal, jika sang bayi mengambil uang, maka dipercaya ia akan dimudahkan dalam proses mencari rejeki dalam atau Khitanan merupakan sebuah upacara adat di Jawa Barat yang dilakukan kepada anak laki-laki berdasarkan kepercayaan Islam, yang mana memang sudah menjadi Jawa Barat, mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga melangsungkan khitanan adalah sebuah kewajiban. Selain kewajiban, sepitan ini juga bertujuan agar alat vital lebih bersih dari najis dan upacara Sepitan ini dilakukan saat anak laki-laki berusia 6 tahun dengan mengundang dokter atau mantri. Dalam acara ini, biasanya masyarakat terlibat langsung untuk adat di Jawa Barat yang masih banyak dilangsungkan selanjutnya adalah upacara Nurunkeun. Nurunkeun ini adalah sebuah tradisi khas Sunda yang ditujukan kepada anak bayi, yang mana anak tersebut wajib untuk diajak keluar rumah dan mengenal lingkungan Nurunkeun ini biasanya digelar saat bayi berusia 7 hari. Pada prosesi upacara ini, setelah sang bayi diajak keluar halaman rumah, maka pihak keluarga wajib untuk membuat pohon yang diatasnya digantung banyak mainan yang mana mainan-mainan tersebut nantinya akan diperebutkan oleh anak-anak merupakan upacara adat di Jawa Barat yang bersifat religius karena bertujuan untuk memeringati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun di alun-alun Desa Trusmi, Kabupaten upacara ini berlangsung selama 5 hari dan dilaksanakan 12 hari setelah acara peringatan di Keraton Cirebon. Dalam upacara ini juga dilakukan ziarah ke makam leluhur yang dipercaya bisa mendapatkan kesejahteraan, keberkahan dan adat di Jawa Barat yang satu ini juga tak kalah populer, yaitu Ngarot. Ngarot ini merupakan tradisi yang diadakan di Kabupaten Indramayu dan berlangsung saat musim tanam dimulai atau saat musim Ngarot ini biasanya digelar dengan mengadakan arak-arakan menuju balai desa. Upacara Ngarot ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan memohon keberkahan hasil tani yang dipanen oleh masyarakat Seren Taun juga menjadi salah satu upacara adat di Jawa Barat yang berhubungan dengan pertanian dan dilangsungkan di Cigugur, Kuningan serta Sukabumi. Upacara ini memiliki sebuah prosesi mengankut padi dari sawah ke lumbung dengan menggunakan rengkong, yaitu pikulan khas yang terbuat dari bambu. Saat membawa padi ini, diiringi dengan tabuhan musik Taun ini bertujuan sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena keberhasilan panen dan permohonan hasil pertanian yang lebih baik di masa mendatang. Ciri khas dari upacara ini adala pada prosesi laporan segala hasil tani yang telah dicapai untuk dinikmati para pejabat yang menghadiri upacara. Prosesi ini dikenal dengan nama Rebo adat di Jawa Barat yang satu ini juga masih banyak dilakukan, yaitu Rebo Wekasan atau yang juga dikenal dengan nama Ngirab. Rebo Wekasan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat di daerah Sungai Drjat, Wekasan ini ditandai dengan berziarah ke petilasan atau makam Sunan Kalijaga yang dilakukan pada hari Rabu minggu terakhir pada bulan Safar. Penentuan waktu ini memiliki dasar bagi masyarakat setempat. Dipilih hari Rabu karena dianggap sebagai hari terbaik untuk menghilangkan bala dan kesialan dalam hidup. Ziarah ini biasanya juga diisi dengan acara lomba mendayung yang dilakukan setelah upacara Tradisi dibilang, tradisi pernikahan di Jawa Barat cukup beragam dan membuat upacara adat di Jawa Barat semakin beragam. Ada upacara yang diadakan sebelum pernikahan dan ada juga upacara adat yang dilakukan setelah akad yang dilakukan sebelum akad nikah antara lain, Neundeun Omong, Ngalamar, Seserahan dan Ngeyeuk Seureuh. Sementara upacara yang diadakan setelah akad nikah antara lain, Mumunjungan, Sawer, Nincak Endog, Buka Pintu dan Huap Omong adalah kunjungan orang tua mempelai pria kepada orang tua perempuan untuk bersilaturahmi dan memberi pesan kalau si perempuan akan dilamar. Setelah itu, ada prosesi Ngalamar yang mana kunjungan mempelai pria untuk meminang perempuan dan membahas pernikahan mereka. Lalu, Seserahan merupakan proses menyerahkan mempelai pria kepada calon mertuanya untuk dinikahkan dengan mempelai adat di Jawa Barat yang terakhir adalah Tingkeban. Tingkeban ini merupakan sebuah tradisi saat seorang ibu sedang mengandung tujuh ini berasal dari kata Tingkeb, yang berarti tertutup. Hal ini memiliki maksud si ibu tidak boleh bercampur dengan suaminya selama 40 hari setelah bersalinan dan sebagai tanda agar si ibu mengurangi porsi kerjanya karena sedang mengandung Tingkeban ini biasanya dimulai dengan pengajian, dilanjutkan dengan memandikan ibu hamil dengan air bunga 7 rupa serta rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah. Pada guyuran terakhir, dimasukkan seekor belut hingga mengenai perut ibu hamil ini. Tujuan dari Tingkepan ini adalah untuk memohon keselamatan bagi bayi dalam kandungan dan bagi ibu yang hendak daftar 20 upacara adat di Jawa Barat yang perlu kamu ketahui. Banyak dari daftar tersebut yang masih dilakukan sampai saat ini dengan tujuan sebagai rasa syukur dan mendapatkan keselamatan juga keberkahan dalam hidup. GARUT, – Tak hanya keindahan alam Garut, yang bisa dinikmati wisatawan. Namun, ada sisi wisata budayanya. Adalah sebuah kampung adat yang menandakan penyebaran agama Islam di Garut. Kampung adat tersebut bernama Kampung Pulo berada di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Letaknya berada di kompleks Candi Cangkuang, persis sebelum pintu masuk candi tersebut. Suasana begitu asri, jauh dari hiruk pikuk kendaraan membuat kampung ini sangat nyaman dikunjungi. Selain itu juga area Kampung Pulo bisa dijadikan menjadi spot berfoto. Baca juga 5 Wisata Instagramable Garut, Pas untuk Libur AKhir Pekan Contek Itinerary Seharian Wisata Pantai di Garut Selatan Desa Wisata Sindangkasih Garut, River Tubing di Pedesaan yang Asri 25 Wisata Garut, Cocok Dikunjungi Saat Liburan Dalam sebuah liputan pada Januari 2018, juru pelihara Candi Cangkuang, Umar, penduduk Kampung Pulo merupakan keturunan dari almarhum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. “Waktu itu Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, menyebarkan Islam di sini Desa Cangkuang, Garut. Beliau memiliki tujuh anak, enam di antaranya perempuan dan satu laki-laki,” kata Umar kepada saat berkunjung pada Januari 2018 silam. Muslimah Kampung Pulo merupakan kampung adat di kompleks Candi Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu 13/1/2018. Hanya ada 7 bangunan di Kampung Pulo Ia menjelaskan, sejak abad ke-17, kompleks tersebut terdiri dari dari enam rumah dan satu musala. Rumah-rumah tersebut diperuntukan bagi anak perempuannya. Sementara musala untuk satu-satunya anak laki-laki. “Sampai sekarang bangunannya hanya ada tujuh, dan nggak boleh ditambah bangunan dan kepala keluarga. Itu simbol putra-putri Embah, memiliki tujuh anak. Harus tetap tujuh pokok bangunan, dan sekarang ada enam kepala keluarga,” kata dia. Saat ini Kampung Pulo ditempati oleh genereasi kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh turunan almarhum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. Baca juga Kamojang Ecopark Garut, Campingg hingga Berburu Spot Instagramable Total terdiri dari 23 orang di antaranya 10 perempuan dan 13 laki-laki pada tahun 2018. “Karena di komplek Kampung Pulo tidak boleh menambah kepala keluarga, misal anaknya menikah. Paling lama dua minggu mereka di sana, lalu harus keluar. Nah terkecuali, kalau ibu bapaknya sudah meninggal, jadi anaknya bisa masuk lagi ke Kampung Pulo isi kekosongan,” ujar Umar. “Mereka yang tinggal di kampung ini, tujuannya untuk menjaga kelestarian tradisi adat Kampung Pulo. Jadi yang tinggal di sini tidak boleh keluar, dan jangan sampai meninggalkan Kampung Pulo,” tambah dia. Uniknya di Kampung Pulo, anak yang bisa menerima waris bukan hanya anak laki-laki, melainkan anak perempuan. Hal tersebut disebabkan karena anak laki satu-satunya meninggal dunia ketika ingin disunat. Anak laki satu-satunya dari almarhum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, menjadi pembelajaran dan membuat adanya tradisi di kampung adat tersebut. ERISTO SUBYANDONO Makan Eyang Dalem Arief Muhammad, penyebar agama Islam di daerah Leles, Garut yang terletak di sebelah Candi larangan di Kampung Pulo Beberapa aturannya soal atap rumah seperti tidak boleh menabuh gong besar, dan tidak diperkenankan beternak binatang besar berkaki empat. Lalu, tidak boleh datang ke makam keramat pada hari Rabu dan malam Rabu. Kemudian, tidak boleh menambah bangunan pokok, menambah kepala keluarga, dan mencari nafkah di luar wilayah desa. Baca juga Situ Bagendit di Garut Bakal Punya 6 Zona Wisata, Apa Saja? “Atap rumah harus memanjang. Kalau soal menabuh gong besar ada kaitannya dengan anak Eyang. Waktu beliau mau menyunat anak beliau,” kata SUBYANDONO Rumah Adat Kampung Pulo yang berada di sekitar Candi Cangkuang, Garut, Jawa Barat. Umar lanjut bercerita, ketika anak laki-laki tersebut disunat, diadakan pesta besar. Acara tersebut dilengkapi dengan arak-arak sisingaan yang diiringi musik gamelan menggunakan gong besar. Namun, saat itu ada angin badai yang menima anak tersebut. Lalu terjatuh dari tandu, sehingga menyebabkan anak laki-laki itu meninggal dunia. “Maka dari itu agar tidak terulang lagi dijadikan sebuah larangan dan nggak boleh dilakukan oleh keturunannya yang tinggal di Kampung Pulo,” ujar Umar. Baca juga Liburan ke Garut? Ini Tipsnya.. Sementara itu, masyarakat boleh memakan atau menyebelih hewan besar berkaki empat seperti kambing, kerbau, dan sapi. Namun tidak diperkenankan untuk beternak. Alasannya karena masyarakat Kampung Pulo mencari nafkah dengan bertani dan berkebun, sehingga takut hewan tersebut merusak sawah juga kebun mereka. Selain itu juga, di daerah desa tersebut banyak terdapat makam keramat, sehingga ditakutkan hewan-hewan mengotori makam. Masyarakat Kampung Pulo boleh beternak asalkan tidak membawa hewan tersebut ke Pulau Panjang atau Kampung Pulo. Sementara soal larangan ziarah pada hari Rabu dan malam Rabu, kata Umar, pada masa agama Hindu, hari terbaik menyembah patung pada hari Rabu dan malam Rabu. Sementara saat almarhum Embah Dalem, hari tersebut digunakan untuk memperdalam ajaran agama Islam. Muslimah Bangunan yang berisikan koleksi bukti penyebaran Islam di kompleks Candi Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu 13/1/2018. Wisata budaya di Garut Penduduk atau keturunan Embah Dalem di Kampung Pulo kini mencari nafkah di sekitar Kampung Pulo. Usai kompleks Candi Cangkuang dijadikan wisata, penduduk Kampung Pulo bisa mencari tambahan penghasilan dengan berjualan. Meski sudah memeluk agama Islam, penduduk Kampung Pulo tidak meninggalkan tradisi Hindu. Baca juga 3 Spot Foto Instagramable di Kawasan Candi Cangkuang Garut Muslimah Makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad berada di kompleks Candi Cangkuang, di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu 13/1/2018. Beberapa kegiatan pun masih dilakukan seperti halnya memandikan benda pusaka, syukuran, memperingati maulid Nabi, juga ritual lainnya. Kini Kampung Pulo dipimpin oleh sesepuh adat yang juga biasa disebut kuncen. Kuncen mengantar tamu berziarah ke makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad. Menurut Umar, kuncen memiliki tugas yang berhubungan dengan batu candi dan makam. “Takut menjadi musyrik, jadi kuncen harus bisa meluruskan. Ziarah ke makam itu bukan untuk meminta, untuk mendoakan,” jelas Umar. Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Foto pada 2021. Harga tiket masuk kompleks Candi Cangkuang Untuk bisa sampai di Kampung Pulo, wisatawan harus masuk ke kompleks Candi Cangkuang dengan membayar tiket masuk. Tarifnya untuk dewasa Rp per orang, dan Rp per orang untuk anak-anak. Berbeda untuk wisatawan mancanegara, tarifnya Rp per orang untuk dewasa, dan Rp per orang untuk anak-anak. Akses menuju kampung ini harus menyebrangi danau menggunakan rakit. Kemudian sedikit berjalan kaki untuk menemukan gerbang Kampung Pulo. Perlu dicatat, wisata ini buka setiap hari, mulai pukul WIB hingga WIB. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

adat istiadat yang biasa dilakukan di garut